MAKALAH
ESENSI AL-QUR’AN
AL-QUR’AN BERBICARA TENTANG ZALIM
DOSEN PENGAMPU : NUR HABIBULLAH
S.pdi, M.pdi
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5
HERIYANTO
JOKO KUSMOYO
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM STAI AN-NADWAH
KUALA
TUNGKAL
TAHUN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang
diberi akal oleh Allah swt, karenanyalah manusia disebut sebagai makhluk yang
paling sempurna. Akal manusia digunakan untuk berfikir tentang segala hal yang
ada. Termasuk tentang segala tindakan yang akan dilakukannya. Perilaku manusia
sangat dipengaruhi oleh cara berfikir mereka terhadap apa yang sedang mereka
hadapi.
Kebiasaan-kebiasaan
dalam bertindak menimbulkan tabiat dalam diri kita. Hal inilah yang akan
disebut dengan kebiasaan baik atau kebiasaan buruk. Dalam bertindak buruk ada
yang disebut dengan perbuatan zhalim. Zhalim ini ada yang mengartikan dengan
tidak menempakan sesuatu pada tempanya, berbuat aniaya termasuk kepada diri
sendiri.
Perbutan
zhalim dalah perbuatan yang tidak disukai Allah swt, dan ada beberapa tindakan
apabila kita terdzolimi kita bisa membalas perbuatan itu, namun ada juga
anjuran untuk memaafkan. Untuk lebih jelasnya akan di bahas dalan bagian
selanjutnya.
Rumusan
Masalah
- Bagaimana Ayat-ayat Al-Quran yang melarang perbuatan Zhalim?
- Bagaimana seharusnya sikap kita apabila kita di zholimi oleh orang muslim dan orang kafir?
- Bagaimana solusi yang ditawarkan untuk meminimalisir perbuatan zhalim?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Zalim
Zalimun atau
zalimin artinya adalah orang yang aniaya (termasuk terhadap diri sendiri).
Orang zalim adalah orang yang tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Orang
yang menghukum tidak berdasarkan hukum yang adil. Orang yang bertindak tidak
sesuai dengan permainan yang telah dibuat atau diundangkan. Orang yang
melanggar hak-hak asasi Tuhan dan juga melanggar hak-hak asasi manusia.
Kata zalim
atau zalimun berulang-ulang disebutkan dalam Al-Quran dengan berbagai
pengertian, yang hakekatnya adalah sikap atau tindakan dari orang-orang yang
tetap menolak dan memusuhi kebenaran ajaran Allah swt meskipun telah diberi
penjelasan-penjelasan dengan cara yang baik.
Orang yang
zalim adalah orang yang melanggar perintah Allah swt, berbuat apa yang
bertentangan dengan hati nurani yang suci, berbuat kejam, tidak syukur ni’mat,
menyia-nyiakan amanat, menghianati janji, berbuat menang sendiri, korupsi,
penyalahgunaan jabatan, berbuat zina, menyekutukan Allah swt. Semua itu
termasuk perbuatan zalim. Intinya segala perbuatan yang menerjang nilai-nilai
agama dan nilai-nilai kemanusiaan disebut perbuatan zalim.
B.
Firman-Firman Allah swt tentang larangan berbuat zhalim.
QS.
Ash-Shuraa[42]:39
وَٱلَّذِينَ
إِذَآ أَصَابَهُمُ ٱلْبَغْىُ هُمْ يَنتَصِرُونَ ﴿٣٩﴾وَجَزَٰٓؤُا۟ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ
مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِ إِنَّهُۥ لَا
يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿٤٠﴾وَلَمَنِ
ٱنتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَا عَلَيْهِم مِّن سَبِيلٍ ﴿٤١﴾إِنَّمَا ٱلسَّبِيلُ عَلَى ٱلَّذِينَ
يَظْلِمُونَ ٱلنَّاسَ وَيَبْغُونَ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ أُو۟لَٰٓئِكَ
لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٤٢﴾وَلَمَن
صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ ﴿٤٣﴾
Artinya:
dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka
membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal,
tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat)
maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.
Tetapi orang-orang yang membela diri setelah dizalimi, tidak ada alasan untuk
menyalahkan mereka. Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang
berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan)
kebenaran. Mereka itu mendapat siksa yang pedih. Tetapi barangsiapa bersabar
dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.
C. Tafsiran
ayat
“Dan (bagi)
orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim”. Yakni diperlakukan dzalim oleh
orang-orang musyrik. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas bahwa “ Hal itu
karena kaum musyrikin menzhalimi, menyakiti dan dan mengusir Rasulallah saw
bersama para sahabatnya dari kota Makkah. Allah kemudian mengijinkan mereka
intuk melawan, mengukuhkan mereka di muka bumi, dan memenangkan mereka atas
orang-orang yang menzhalimi mereka.
Menurut
pendapat lain, Firman Allah itu berlaku umum untuk setiap kezhaliman. Baik yang
dilakukan oleh orang kafir maupun yang lainnya. Yakni apabila mereka ditimpa
kezhaliman, mereka tidak pasrah atas kezdaliman tersebut. Ini isyarat yang
ditujukan kepada amar ma’ruf nahi munkar serta menjatuhkan hukuman.
Menurut Al-Qurthubi sendiri, “Firman tersebut menunjukkan bahwa membela diri
dalam posisi ini lebih baik.”
Adapun
keadaan dimana orang yang dizhalimi diperintahkan untuk memberikan maaf, jika
orang yang menzhaliminya itu merasa menyesal dan meninggalkan perbuatan
zhalimnya tersebut. sedangkan firman Allah وَلَمَنِ ٱنتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِۦ
فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَا عَلَيْهِم مِّن سَبِيلٍ ” Dan sesungguhnya orang-orang
yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap mereka.”Hal
ini menunjukkan bahwa membela diri merupakan suatu hal yang diperbolehkan,
bukan diperinahkan.
Firman Allah
swt وَجَزَٰٓؤُا۟ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا “Dan balasan suatu kejahatan
adalah kejahatan yang serupa.” Para ulama berpendapat bahwa Allah swt membagi
orang-orang yang beriman kedalam dua golongan:
- Golongan yang memaafkan orang-orang yang dzalim. QS. Asy-Syura (42) : 37
- Golongan orang yang membela diri atas orang yang menzhalimi mereka.
Asy-Syafi’i
menakwilakn ayat ini bahwa, “seseorang boleh mengambil harta orang yang
menghianatinya, sebanding dengan harta yang disembunyikannya, tanpa sepengetahuannya.”
Asy-Syafi’i berpendapat seperti ini berdasarkan sabda Nabi saw yang ditujukan
kepada Hindun, Istri Abu sufyan. “Ambillah dari hartanya apa yang dapat
mencukupimu dan anakmu.”dalam hal ini Nabi saw membolehkan Hindun untuk
mengambil harta tersebut tanpa sepengetahuan suaminya.
Firman Allah
ta’ala فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ “ maka barang siapa memaafkan dan
berbuat baik” Ibnu Abbas berkata, “ Barang siapa yang meninggalkan qishash
dan memaafkan (sesuatu) yang ada diantara dia dan orang yang menzhaliminya
dengan pemberian maaf, فَأَجْرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِ “maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah, yakni Allah akan memberikan pahala kepadanya akan hal itu.”
Firman Allah
ta’ala وَلَمَنِ ٱنتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِۦ “Dan sesungguhnya
orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya,” yani (apabila) Muslim
membela diri dari orang kafir, maka tidak ada alasan untuk mencelanya. Sebaliknya
dia harus dipuji karena melakukan hal itu terhadap orang kafir. Dengan
demikian, membela diri dari orang kafir adalah sebuah kewajiban, dan membela
diri dari dari seorang muslim adalah hal yang dibolehkan, tetapi memberikan
maaf adalah hal yang disunnahkan.
Firman Allah
ta’ala وَلَمَنِ ٱنتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَا عَلَيْهِم مِّن
سَبِيلٍ “Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya
tidak ada satu dosapu terhadap mereka,”. Firman Allah ini merupakkan dalil
yang menunjukkan bahwa seseorang boleh melakukan pembelaan diri dengan dirinya
(secara langsung). Hal ini terbagi kedalam tiga bagian.
- Hal tersebut adalah Qishash yng terletak pada tubuh manusia, yang dimiliki oleh seseorang. Jika hal ini terjadi, maka tidak ada dosa bagi orang yang teraniaya untuk melakukan qishash (terhadap orang yang menganiayanya), namun ada catatan khusus mengenai hak ini.
- Hal tersebut adalah hadd bagi Allah dan tidak ada hal bagi manusia didalamnya, seperti hadd zina, dan pemotongan tangan dalam kasus pencurian.
- Hal tersebut adalah hak atas harta.
Firman Allah
ta’ala إِنَّمَا ٱلسَّبِيلُ عَلَى ٱلَّذِينَ يَظْلِمُونَ “Sesungguhnya
dosa itu terhadap orang-orang yang berbuat zhalim kepada manusia.” Yakni
karena pelanggaran yang merea lakukanterhadap manusia. Pendapat ini adalah
pendapat mayritas kaum ulama. Ibnu Jarir mengatakan,”mereka menjalimi manusia
dengan kemusyrikan yang bertentangan dengan agama mereka.”
وَيَبْغُونَ
فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ “dan melampaui batas dimuka bumi tanpa hak,”
yakni terhadap jiwa dan harta. Ini menurut pendap mayorutas ulama. Muqatil
berkata,”melampaui batas yang mereka lakukan adalah mereka melakukan
kemaksiatan.” (ada pula pendapat yang mengtakan bahwa ayat ini sudah di nasakh
dg ayat yang memerintahkan untuk berjihad).
Sebagian
ulama berpendapat,” Sesungguhnya orang yang dizhalimi dan hartanya diambil itu
akan mendapatkan pahala karena hartanya yang diambil sampai dia meninggal
dunia. Setelah itu pahalanya kan diberikan epada ahli warisnya. Setelah itu
pahalanya diberikan epada generasi terakhir dari mereka, sebab harta itu akan
diberikan kepada ahli waris setelah dia meninggal dunia.”
Firman Allah
ta’ala وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan,”
yakni bersabar atas gangguan dan memaafkan, yakni tida membela diri karena
Allah. Ini bagi orang yang dizhalimi oleh orang muslim. Memberi maaf adalah hal
yang anjurkan. Namun adaalanya kondisi berbalik, dimana tidak memberi maaf
merupakan suatu hal yang dianjurkan.
إِنَّ
ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ “Sesungguhnya (perbutan) perbuatan yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan,” yakni terasuk keutamaan dari
Allah yang diperintahkan-Nya. Menurut satu pendapat, sesungguhnya perbuatan
yang demikian itu termasuk keutamaan kebenaran yang telah disetujui.
D. Tema
Ayat-ayat Al-Quran tentang zhalim
- Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim
QS.
At-Taubah [9] : 19
۞ أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ ٱلْحَآجِّ وَعِمَارَةَ
ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ كَمَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَجَٰهَدَ
فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ لَا يَسْتَوُۥنَ عِندَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى
ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Kementrian
AgamaApakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan
haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama
di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
- Syirik merupakan kezaliman yang paling besar
QS. Luqman
[31] : 13
وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ
يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya: Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
·
Janji Allah tidak diperoleh orang yang zalim
QS.
Al-Baqarah [2] : 124
وَإِذِ ٱبْتَلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ رَبُّهُۥ
بِكَلِمَٰتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّى جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ
وَمِن ذُرِّيَّتِى ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى ٱلظَّٰلِمِينَ
Artinya : Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan
larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan
menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon
juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang
yang zalim”.
·
Allah melaknat orang-orang yang zalim
QS. Hud [11]
: 18
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ
كَذِبًا ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَىٰ رَبِّهِمْ وَيَقُولُ ٱلْأَشْهَٰدُ
هَٰٓؤُلَآءِ ٱلَّذِينَ كَذَبُوا۟ عَلَىٰ رَبِّهِمْ ۚ أَلَا لَعْنَةُ ٱللَّهِ
عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَ
Artinya : Dan
siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap
Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan
berkata: “Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka”.
Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim,
E.
peringkat-Peringkat Zhalim
Ketika
berbicara mengenai zalim, maka zalim itu berperingkat-peringkat, hal dibawah
ini mengenai 7 peringkat zalim yang dilakukan oleh manusia.
- Zhalim dengan Tuhan.
Zalim dengan
Tuhan meripakan penzaliman peringkat tertinggi, tak ada yang lebih tinggi. Apa
arti zalim dengan Tuhan? Tidak kenal Tuhan atau syirik dengan Tuhan, tidak
takut dengan Tuhan, tidak cinta dengan Tuhan, tidak peduli dengan Tuhan, hidup
ini tidak dihubungkan dengan Tuhan. Setiap hari kita zalim dengan Tuhan tetapi
hal ini jarang terpikir oleh kita. Hidup kita sehari-hari tidak peduli Tuhan.
Padahal, dalam Al Quran Allah berfirman: “iqra bismi rabbika” Bacalah
atas nama Tuhanmu.
Jadi, ketika
hendak melakukan apa saja buatlah atas nama Tuhan. Berjuang, membangun,
berekonomi, mendidik, berbudaya, mengurus, dll mesti atas nama Tuhan. Artinya,
segala sesuatu yang kita lakukan mesti dikaitkan dengan Tuhan, mesti ada
hubungan dengan Tuhan. Kalau tidak, kita telah melakukan penzaliman yang paling
tinggi.
2. Zhalim dengan Fisik Pemberian Tuhan
Melihat
dengan mata mesti atas nama Tuhan. Mendengar, berbicara, bertindak, gunakan
tangan, kaki mesti atas nama Tuhan. Artinya, tindakan fisik kita selaras dengan
kehendak Tuhan. Jangan sampai mata, telinga, mulut tangan, kaki mendurhakai Tuhan.
Semua gerak gerik kita jangan bertentangan dengan kehendak Tuhan. Kalau berlaku
kita melakukan penzaliman peringkat ke-2.
3. Zhalim dengan Harta Karunia Tuhan.
Harta milik
Tuhan, Tuhan bagi pada kita. Ada yang dapat sedikit, miskinlah dia. Ada pula
yang mendapat banyak hingga menjadi milyader. Harta yang Tuhan bagi kepada kita
janganlah digunakan sedikitpun selain karena Tuhan. Mesti selaras dengan
kehendak Tuhan. Sebab yang kita miliki itu milik Tuhan. Harta itu tidak boleh
kita gunakan sesuka hati, mesti ikut cara Tunan, baik disebut zakat, sedekah, .
Kalau tidak kita buat penzaliman yang ke-3.
4. Zhalim kepada manusia lain.
Zalim kepada
manusia lain seperti: memukul, mengata, menjatuhkan, mempermalukan dimuka umum,
menghina, memfitnah, mencuri. Zalim yang ada hubungannya dengan manusia lain
ini yang dibesarkan setiap hari. Zalim peringkat tertinggi sepi-sepi saja.
Jenis yang kedua juga tidak pernah diperbincangkan, yang ke-3 juga kurang
diperkatakan oleh orang. Tetapi, yang ke-4 ini yang sering dibicarakan orang.
5. Zalim dengan Jabatan Yang diemban.
Jabatan ada
bermacam-macam. Mungkin dia Presiden, Gubernur, Menteri, Dirjen, Irjen,
Kasubdit, Kabag, dll. Jabatan-jabatan ini kalau tidak diemban selaras dengan
kehendak Tuhan maka dia dikatakan zalim.
Zalim dengan
jabatan ini juga selalu dibesar-besarkan orang. Gubernur zalim Yang terlihat
adalah jabatan yang besar-besar. Kalau jabatan-jabatan yang dibawah, jarang
disebut orang mengenai kezalimannya. Sekecil apapun jabatan, mesti selaras
dengan kehendak Tuhan. Kalau tidak selaras dengan kehendak Tuhan, itulah zalim.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Kita semua adalah manusia yang tidak pernah luput dari
perbuatan zalim, namun kebanyakan kita sebagai manusia yang beragama tidak
menyadari bahwa kita telah sering berbuat kezaliman, sehingga terkadang di
anggap sesuatu yang biasa, sesengguhnya perbuatan zalim itu sangat di benci
allah swt, apapun bentuk dan alasannya mari kita sama sama menghindari ataupun
mengurangi perbuatan tersebut, apa gunanya kita beriman kepada malaikat tetapi
kita tidak menyadari bahwa ada malaikat yang mencatat segala perbuatan,
introfeksi, ubah diri menjadi lebih baik lagi, allah itu dekat sekali, hanya
kita yang lupa diri.
B. KRITIK
Kurangnya komunikasi penyiaran islam (kpi) yang
melakukan organisasi dakwah muda media sosial tentang alquran membahas berbagai
persoalan, hususnya perbuatan menyimpang, kezaliman yang sering dilakukan para
anak muda masa kini yang terpengaruh oleh perkembangan zaman masa kini yang
mengarah kepada dampak negatif yang begitu besar sehingga banyak berpengaruh
terhadap rusaknya ganerasi muda yang seharusnya menjadi agent of change bagi
bangsa ini.
C. SARAN
Buatlah dakwah yang menarik tentang islam di
berbagai media tentang mengurangi